MAKALAH
INTERPERSONAL SKILL
DISUSUN OLEH
NAMA :
WINDA TRY ASTUTI
NIM : 4611414001
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas limpahan, rahmat dan karunia-nya sehingga saya
dapat menyelesaikan dan menuyusun makalah interpersonal skill. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas interpersonal skill. Makalah ini dibuat
berdasarkan jurnal personaly yang ISSN, hasil wawancara di career expo dan dari
Internet.
Makalah ini diharapkan dapat
membantu para pembaca untuk dapat memberi bekal pembelajaran pada diri
mereka sendiri sehingga para pembaca bisa mengerti apa yang disampaikan oleh
isi makalah ini sendiri. Saya telah berupaya semaksimal mungkin untuk membuat
makalah ini sebagai makalah yang akan mudah dimengerti oleh para pembaca, untuk
itu kritik dan saran dari berbagai pihak baik praktisi maupun narasumber sangat
saya harapkan.
Kepada semua pihak yang telah
membantu selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terimakasih semoga
langkah awal kita ini merupakan ambil dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan semoga kita sama mendapat limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Amin
Semarang, 27 Oktober 2014
Penulis
Winda Try Astuti
BAB 1
PENDAHULUAN
1.A Latar Belakang
Keterampilan interpersonal adalah suatu yang
sangat penting untuk kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari baik di dunia
kerja ataupun dalam berorganisasi. Sejak manusia
terlahir, manusia telah terbiasa untuk berkomunikasi dan mengemukakan
keinginannya. Komunikasi verbal & non verbal saling terkait dan mendukung
satu dengan lainnya. Seseorang yang tumbuh dengan kebebasan berkomunikasi akan
berbeda dengan seseorang yang tidak terbiasa berkomunikasi di dalam
keluarganya. Seseorang yang bisa mengekspresikan dan mengkomunikasikan,
keahlian yang dimilikinya merupakan contoh seseorang yang dapat memenangkan
persaingan untuk meraih kesempatan kerja dan seseorang yang memiliki keahlian
berkomunikasi yang effektif & sopan akan mampu mendelegasikan pekerjaannya
& wewenangnya dengan baik dalam kehidupan sehari–hari. Keahlian
berkomunikasi merupakan keahlian yang tidak dimilki secara mutlak, yang artinya
kemampuan berkomunikasi dapat dirubah dan diperbaiki ke arah yang lebih baik
melalui keberanian & latihan (practical practice). Kita tidak dapat
mengetahui keahlian seseorang sampai dengan kita berkomunikasi dan melihat
hasil yang dikerjakannya. sehingga, dalam banyak hal, komunikasi memegang
peranan sangat penting di kehidupan sehari–hari maupun dalam dunia bisnis.
Semua penjualan dan relasi bisnis didasarkan pada komunikasi interpersonal
karena itu ,meningkatkan kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor
terpenting yang mempengaruhi sukses berbisnis & bekerja.
1.B Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud
Personality?
2) Apa saja Teori
Kepribadian ?
3) Bagaimana
kepribadian secara psikologi ?
4) Apa saja Aspek
Kepribadian ?
5) Apa saja Faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian ?
6) Apa itu Budaya ?
7) Bagaimana cara
membangun Ketrampilan interpersonal ?
8) Apa yang dimaksud Komunikasi
Interpersonal ?
9) Bagaimana hubungan
interpersonal yang efekti ?
1.C Tujuan
1)
Untuk Memenuhi tugas Interpersonal Skill
2)
Untuk memberi pengetahuan tentang Interpersonal skill
3)
Untuk memberi pengetahuan tentang komunikasi
interpersonal
1.D Manfaat
1) Agar mendapatkan
pengetahuan mengenai Interpersonal skill
2) Agar mendapatkan
pengetahuan mengenai komunikasi Interpersonal
3) Agar mendapatkan
pengetahuan mengenai cara meningkat hubungan interpersonal.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.A Pengertian Personality
Personality atau Kepribadian merupakan sesuatu yang sifatnya
individual, dalam arti tidak seorang pun mempunyai personality yang sama.
Adapun jenis-jenis personality adalah sebagai berikut:
a.
Personality
Hipokondriasis
Personality
dimana seseorang terus-menerus mengeluh akan kesehatannya yang buruk. Kecemasan
terhadap kesehatan tubuhnya merupakan bagian yang dominan dari hidupnya.
b.
Personality
Depresi
Personality
dengan sikap yang pesimis terhadap masa depan, perasaan tak berpengharapan,
mereka berdosa dan putus asa dan dalam keadaan tertentu sering ada keinginan
bunuh diri.
c.
Personality
Histeris
Personality orang-orang yang mempergunakan
gejala-gejala fisik menyelesaikan konflik-konflik yang sulit atau mempergunakan
gejala fisik untuk menghindar dari tanggung jawab yang besar.
d.
Personality
Neurosis
Kombinasi yang buruk dari berbagai
hal yang terkait, misalnya orang yang sering merasa bersalah, inferior, terlalu
banyak khawatir atau takut dll.
e.
Personality
Psikopatis
Orang-orang yang tidak menghiraukan
moral, etika, dan hukum masyarakat Orang tersebut tidak mengindahkan apa yang
dianggap baik, bagus, dan layak bagi masyarakat. Dengan demikian, ia dianggap
jahat dan sulit dibawa ke jalan yang benar di mana dia mengukur semua persoalan
adalah dari dirinya sendiri.
f.
Personality
Paranoia
Personality
dari orang-orang yang mempunyai kepercayaan yang aneh, yang salah, tetapi tidak
mau diluruskan.
g.
Personality
Impotensi dan Frigidtitas
Orang-orang yang mempunyai sifat
sensitive, pesimis, kurang percaya diri, mudah tersinggung, dan tak ada humor
serta serius.
h.
Personality
GAD (Generalized Anxiety Disorder/Gangguan Anxietas Umum)
Personality yang mempunyai rasa
cemas atau takut yang tidak realistis. Misalnya mereka sering takut anak
(keluarga) mendapat kecelakaan/musibah tanpa ada tanda-tanda yang sesungguhnya
atau khawatir penurunan prestasi akademik/penamilan social/ seksual/pekerjaan.
Jadi, selalu ada saja yang dikhawatirkan setiap hari.
i.
Personality
Obsesi – Kompulsi
Orang-orang dengan ide, pikiran,
atau impuls yang mengganggu dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran itu dapat
berupa kekerasan, terkontaminasi penyakit, atau keragu-raguan dalam mengerjakan
sesuatu. Seorang dengan personality obsesi yang harus melakukan sesuatu dengan
perfect maka tingkah lakunya kompulsi, mengulang-ulang memeriksa pekerjaannya
apakah sudah benar atau salah.
j.
Personality
Panik
Orang-orang yang mudah terserang
panik. Dalam hal ini ditandai dengan ketakutan yang intens disertai dengan
berbagai gejala somatik, seperti keringat dingin, berdebar-debar, nyeri di
dada, sesak nafas, diare, dan sebagainya. Semua hal tersebut tidak lebih dari
setengah jam saja apabila lebih dari setengah jam berarti berpenyakit organik,
seperti jantung.
k.
Personality
Extrovert
Personality seseorang di mana dia
senang bersama orang lain. Dia tak merasa terpaksa untuk bersama orang lain
atau hadir dalam acara-acara sosial. Dia mudah bergaul dan menyenangi bertemu
dengan orang-orang baru, dia tidak canggung dalam pergaulan dan biasanya dia
disenangi oleh lingkungannya.
l.
Personality
Introvert
Personality seseorang di mana
dia kurang menyenangi bersama orang lain, dia lebih senang menyendiri, tidak
suka dengan orang baru, tidak suka berbicara di depan umum, tidak suka
menonjol. Kurang percaya diri, pemalu, dan pendiam.
m. Personality Romantis
Personality yang lebih mementingkan
hubungan cinta. Orang ini sering jatuh cinta berkali-kali pada beberapa orang
akan tetapi selama dia jatuh cinta dia hanya mendambakan satu orang saja.
Biasanya sangat senang berbagai seni, artistik, rapi, mempunyai banyak kawan, tidak
konservatif, tidak kaku, hangat, kurang rasional tetapi lebih emosional.
n.
Personality
Promiskuitas
Personality yang memiliki pikiran
dan perbuatan seksual dengan banyak orang dan merupakan bagian yang dominan
dalam hidupnya. Pada banyak kebudayaan, personality ini tidak banyak diterima.
Oleh karena itu, tindakannya banyak dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Contoh:
pelacuran. Personality ini adalah kombinasi dari moral buruk, emosi yang
rendah, kepercayaan diri yang kurang, tidak mau kerja keras, curiga pada orang
lain, di samping ingin hidup sendiri menjauhi agama.
o.
Personality
Jujur – Bohong
Dalam kehidupan kita harus mematuhi
peraturan yang berlaku di masyarakat. Aturan untuk kebaikan masyarakat
dinamakan moral. Salah satu moral yang dituntut oleh masyarakat adalah jujur
dan tidak bohong. Kepribadian merupakan gambaran citra diri individu yang
mempengaruhi perilaku..
2.B Teori
Kepribadian
Teori kepribadian lahir karena didorong
oleh kebutuhan dalam kehidupan praktis, ialah untuk mengenal manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia selalu ada hasrat untuk mengenal manusia lain
dengan segala sifat dan kehidupan psikisnya. Jadi terori kepribadian berusaha
menangkap manusia sebagi subyek sejati,dengan lebih memperhatikan basisnya yang
real, yaitu basis antropologi selaku subjek dan selaku objek.
Teori
kepribadian ialah typology dan karakterologi.
· Typologi
atau system-type berusaha mencari pola-pola tertentu yang bisa membedakan suatu
golongan manusia dengan golongan lainya, berdasarkan ide-ide umum dan
berdasarkan perbedaan sifatnya yang fundamental.
· Karakterologi
adalah ilmu pengetahuan tentang karakter manusia, yang mencari garis kesamaan
hukum-hukumnya yang kurang lebih bersifat sama, atau kemungkinan perkembangan
dari karakter atau watak manusia.
2.C Kepribadian Secara Psikologi
George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Gordon Allport yang
mendefinisikan kepribadian adalah
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri
dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego.
Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu
yang unik dan atau khas pada diri setiap orang.
1. Sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu
struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai
sesuatuyang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata
lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau
pengarah tingkah laku kita.
2. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti
perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikandari
setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat
atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan
dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang
kepribadian sebagai sesuatuyang unik dan atau khas pada diri setiap orang.
3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat
kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif.
Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan
subyek atau individuatas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup
factor-faktor genetic atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan
perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian
individu itu dipengaruhi oleh factor-faktor bawaan dan lingkungan.
2.D Aspek-aspek Kepribadian
Kepribadian terdiri dari bermacam-macam aspek,
baik fisik maupun psikis.
a.
Sifat-sifat kepribadian (personality traits)
Sifat-sifat
yang ada pada individu seperti antara lain: penakut, pemarah, suka bergaul,
peramah, suka menyendiri, sombomg, dan lain-lain. Pendeknya sifat-sifat yang
merupakan kecenderungan- kecenderungan umum pada seorang individu untuk menilai
situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan bertindak sesuai dengan penilaian
itu.
b.
Intelejensi
Kecerdasan
atau intelejensi juga merupakan aspek kepribadian yang penting. Termasuk di
dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir; kesanggupan untuk
mengambil keputusan yang tepat, kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan
atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
c.
Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan.
(Appearance and Impression).
Termasuk
ke dalam aspek ini antara lain ialah: kejujuran, berterus terang, menyelimuti
diri, pendendam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah melupakan kesan-kesan,
dan lain-lain.
d.
Kesehatan
Kesehatan
jasmaniah atau bagaimana kondisi fisik sangat erat hubungannya dengan
kepribadian seseorang.
e.
Bentuk tubuh
Termasuk
besarnya, beratnya, dan tingginya. Bentuk tubuh seseorang berhubungan erat
dengan appearance-nya, meskipun mungkin dua orang yang berbentuk tubuh sama
berbeda dalam appearance-nya. Namun demikian bentuk merupakan faktor yang
penting dalam kepribadian seseorang.
f.
Sikapnya terhadap orang lain
Tentang
sikap juga telah dibicarakan dalam permulaan bab ini. Sikap seseorang terhadap
orang lain tidak terlepas dari sikap orang itu terhadap dirinya sendiri.
Bermacam-macam sikap yang
ada pada seseorang turut menentukan kepribadiannya.
g.
Pengetahuan
Kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis pengetahauan apa
yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan kepribadiaanya. Pengetahuan
yang dimilikibseseorang memainkan peranan penting di dalam pekerjaan/jabatannya,
cara-cara penerimaan dan penyesuaian sosialnya, pergaulannya, dan sebagainya.
h.
Keterampilan (Skills)
Keterampilan
seseorang dalam mengerjakan sesuatu, sangat mempengaruhi bagaimana cara orang
itu bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu. Termasuk di dalam keterampilan
ini antara lain: kepandaiannya dalam atletik, kecakapan mengemudi mobil atau
kendaraan-kendaraan bermotor lainnya, kecekatan dalam mengerjakan/membuat
pekerjaan-pekerjaan tangan, seperti tukang kayu, tukang batu, dan lain-lain.
i.
Nilai-nilai (Values)
Pandangan
dan keyakinan seseorang tehadap nilai-nilai atau ide-ide turut pula menentukan
kepribadiannya. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat
istiadat, etika, kepercayaan dan agama yang dianutnya. Semua itu mempengaruhi
sikap, pendapat dan pandangan kita, yang selanjutna tercermin dalam cara-cara
kita bertindak dan bertingkah laku.
j.
Penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan
Intensitas
atau kuat-lemahnya perasaan tidak sama pada tiap orang. Keadaan perasaan yang
berbeda-beda pada tiap individu sangat mempengaruhi kepribadiannya.
k.
Peranan (Roles)
Kedudukan
atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana ia hidup. Termasuk dalam
peranan ini ialah tempat dan jabatannya, macam pekerjaannya, dan
tinggi-rendahnya kedudukan itu.kedudukan seseorang dalam masyarakat menentukan
tugas kewajiban dan tanggung jawabnya, yang selanjutnya menentukan sikap dan
tingkah lakunya.
Sartain
mengatakan tentang hal ini sebagai berikut: “A role is the set of behavior that
typical of occupants of a position. People have norms standards of behavior –
for roles and also expectations regarding how people in a position will be
have.” Tidak disangsikan lagi bahwa peranan (roles) turut menentukan
kepribadian seseorang. Seorang dokter akan berlainan sikap dan tindakannya
dengan seorang alim-ulama misalnya. Demikian pula seorang guru/pendidik tidak
akan sama tindakan dan perbuatannya dengan seorang angkatan bersenjata.
l.
The Self
The
self merupakan aspek kepribadian yang sangat penting. The self adalah “individu
sebagaimana diketahui dan dirasakan oleh
individu itu sendiri”. Ia terdiri dari self-picture, yaitu aspek-aspek yang
disadari dari pandangan individu tentang dirinya sendiri, dan kepercayaan serta
perasaan individu tentang dirinya sendiri yang tidak disadari. Dengan kata
lain: the self adalah anggapan dan perasaan individu tentang siapa, apa, dan di
mana sebenarnya dia berada.
2.E Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian adalah sebagai berikut :
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal merupakan
faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis berupa bawaan sejak lahir dan
merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu
dari kedua orang tuanya atau bisa jadi kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
Faktor genetis lain seperti keadaan jasmani manusia yang meliputi keadaan
organ-organ tubuh, peredaran darah, bentuk tubuh dan lain-lain.
Setiap manusia dilahirkan
dengan keadaan jasmani yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat-sifat
jasmani yang ada pada setiap orang merupakan keturunan atau pembawaan
anak/orang itu sendiri. Keadaan jasmani yang berlainan menyebabkan sikap dan
sifat serta tempramen yang berbeda.
2. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal biasanya merupakan
pengaruh yang berasal dari lingkungan sesorang mulai dari lingkungan
terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga hingga pengaruh dari berbagai
media seperti TV, internet, media cetak dan lain sebagainya.
a.
Keluarga
Faktor
eksternal yang pertama adalah keluarga. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi
kepribadian anak. Terutama dari cara orang tua dalam mendidik anak. Misalnya
saja, orang tua sering menyuruh anak-anaknya untuk bilang kepada orang yang
mencari ayah/ibu bahwa mereka sedang tidak keluar rumah karena ayah/ibu akan
tidur. Peristiwa tersebut adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa berbohong
boleh atau dihalalkan. Akibatnya, anak juga melakukan perilaku bohong kepada
orang lain termasuk kepada orang tua yang telah mencontohinya. Karena anak
melakukan proses imitasi dari orang tuanya.
Ada Sembilan tipe kepribadian orang tua dalam
membesarkan anaknya yang berpengaruh pada kepribadian anak, yaitu sebagai
berikut.
1.
Penasihat moral, terlalu menekankan pada
perincian, analisis dan moral.
2.
Penolong terlalu mengutamakan kebutuhan anak
dengan mengabaikan akibat dari tindakan anak.
3.
Pengatur, selalu ingin bekerja sama dengan si
anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan membantu memperbaiki keadaan.
4.
Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan
secara emosional dengan anak-anak dalam setiap keadaan dan mencari solusi
kreatif bersama-sama.
5.
Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang
menyeluruh, berupaya mengutamakan objektivitas.
6.
Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental
dan terus bertanya-tanya, ragu-ragu dan memiliki gambaran terburuk sampai
mereka yakin bahwa anak mereka benar-benar memahami situasi.
7.
Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih
santai.
8.
Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung
jawab dan bersikap melindungi.
9.
Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang
selalu menghindar dari konflik.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap
perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan
perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena :
a)
Pengaruh itu merupakan pengalaman yang
pertama.
b)
Pengaruh yang diterima anak masih terbatas
jumlah dan luasnya.
c)
Intensitas
pengaruh tinggi karena berlangsung secara terus menerus dari siang hingga
malam.
d) Umumnya
pengaruh diterima dalam suasana aman dan bersifat intim dan bernada emosional.
2.G Budaya
Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada diri masing- masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana
seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek
kebudayaan yang sangat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a)
Nilai-nilai (Values)
Di
dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia
yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang
berlaku di masyarakat itu. Misalnya saja mereka yang tinggal di kawasan agamis,
mereka tidak boleh membunyikan suara yang keras jika tetangga sedang melakukan
ibadah.
b)
Adat dan Tradisi.
Adat
dan tradisi yang berlaku di suatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai
yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
Misalnya pada adat Jawa, jika sedang berbicara dengan orang yang lebih tua
harus sopan dan menggunakan bahasa krama inggil, jika melewati orang yang lebih
tua maka harus membungkuk.
c)
Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi
rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya. Misalnya orang yang mempunyai pengetahuan yang lebih memiliki
sifat rendah hati atau malah sombong.
d)
Bahasa
Di
samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan.
Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa
itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunjukkan bagaimana
seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
Misalnya anak yang selalu menggunakan kata-kata kotor sudah pasti kepribadiannya
juga buruk.
e)
Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin
maju kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa, makin maju dan modern pula
alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki
kebudayaan itu. Misalnya sifat konsumtif yang sekarang sedang rawan terjadi.
2.H Membangun Ketrampilan
Interpersonal
Keterampilan
interpersonal adalah kemampuan seseorang secara efektif untuk
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar
yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
Pakar lain mengatakan bahwa interpersonal skill
adalah kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, kecakapan atau keterampilan untuk berkomunikasi
baik verbal maupun non verbal.
Cara membangun interpersonal skill (keterampilan
interpersonal), antara lain:
1.
Keterampilan listening (mendengarkan) : Salah satu
komponen dari proses komunikasi adalah bagian menerima pesan, salah satunya
ialah menndengarkan. Mendengarkan bukan secara harfiah menggunakan alat
pendengaran (telinga) , tetapi memiliki arti yang lebih luas dengan penggunaan
alat komunikasi.
Empat alasan utama
mengapa orang perlu mendengarkan :
ü Untuk memahami dan memperoleh informasi : Orang yang
menguasai informasi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses, baik
secara pribadi maupun konteks professional, sebab, di era sekarang, menguasai
informasi berarti menguasai sumber daya.
ü Analisis terhadap kualitas Informasi : Kemampuan seseorang
untuk dapat menganalisis informasi dibutuhkan agar dapat bertindak tepat.
Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan kualitas
pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan mengolah informasi,
sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi dapat diambil.
ü Membangun dan memelihara hubungan : Alasan untuk mendengarkan adalah untuk melakukan komunikasi
interpersonal. Banyak survey telah membuktikan bahwa orang yang memiliki
kemampuan untuk mendengar dengan efektif memiliki hubungan yang lebih baik
dengan sesamanya, sebaliknya mereka yang kurang mampu untuk mendengarkan akan
memperburuk hubungan.
ü Menolong orang lain : Kemampuan
mendengarkan wajib dimiliki agar dapat memahami orang lain dan pada akhinya,
dapat menolong orang lain. Pada saat seseoramg mau mendengarkan dan memberikan
perhatian yang tulus serta serius kepada permasalahan yang kita sampaikan,
hampir sebagian besar masalah kita telah dapat ditolong, atau minimal dapat
memberikan pola atau prespektif yang baru tentang kita dapat menghadapi masalah
yang kita hadapi.
2. Keterampilan providing feedback (memberikan umpan balik) : Umpan Balik adalah
setiap bentuk komunikasi yang disampaikan kepada seseorang dengan tujuan agar
orang tersebut mengetahui dampak perilakunya terhadap anda atau orang lain.
3. Keterampilan persuading (membujuk) : Persuading (membujuk)
adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang
dengan tujuan agar pihak lain mau mengikuti dengan sukarela kehendak seseorang.
4. keterampilan resolving conflicts adalah kemampuan untuk
mengatasi masalah.
2.I Komunikasi
Interpersonal
Menurut Devito (1989),
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Komponen Komunikasi Interpersonal yaitu;
1.
Komunikator
2.
Pesan (message)
3.
Encode
4.
Bahasa
5.
Penerima pesan (recipients)
6.
Decode
Ada lima aspek yang merupakan
ciri - ciri dari komunikasi interpersonal, antara lain :
1.
Komunikasi
interpersonal terjadi secara spontan dan tanpa tujuan terlebih dahulu.
2.
Komunikasi
interpersonal akibat yang direncanakan maupun tidak terencana.
3.
Komunikasi interpersonal
berlangsung berbalasan/ timbal balik.
4.
Komunikasi
interpersonal dalam suasana kedekatan atau cenderung menghendaki keakraban.
5.
Komunikasi interpersonal dalam pelaksanaannya lebih
menonjol dalam pendekatan psikologis dari pada unsur sosiologisnya.
2.J Hubungan
Interpersonal yang efektif
a)
Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari
komunikasi interpersonal.
1. Komunikator
interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini tepat.
2. Mengacu
kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain.
3. “Kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner
dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan
dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
b)
Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang
lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau
merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non
verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan
ü keterlibatan
aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai
ü konsentrasi
terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan
fisik;
ü sentuhan
atau belaian yang sepantasnya.
c)
Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan
dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Kita memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap
(1)
deskriptif, bukan evaluatif,
(2)
spontan, bukan strategic, dan
(3)
provisional, bukan sangat yakin.
d)
Sikap positif (positiveness)
Sikap
positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara:
(1) Menyatakan
sikap positif dan
(2) Secara
positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
Sikap positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi interpersonal.
1. Komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.
2. Perasaan
positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi
yang efektif.
e)
Kesetaraan (Equality)
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai
oleh kesetaraan ketidak-sependapatan dan konflik lebih di lihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers,
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain
Menurut Roger, hubungan
interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi
kondisi berikut:
a. Bertemu satu sama lain secara personal.
b. Empati
secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami
satu sama lain secara berarti.
c. Menghargai
satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
d. Menghayati
pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati
satu sama lain.
e. Merasa
bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi
kecenderungan gangguan arti.
f. Memperlihatkan
tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang
lain.
Pace dan Boren (1973)
mengusulkan cara-cara untuk menyempurnakan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal cenderung
menjadi sempurna bila kedua belah pihak mengenal, antara lain:
a. Mengembangkan
suatu pertemuan personal yang langsung satu sama lain mengkomunikasikan
perasaan secara langsung.
b. Mengkomunikasikan
suatu pemahaman empati secara tepat dengan pribadi orang lain melalui
keterbukaan diri.
c. Mengkomunikasikan
suatu kehangatan, pemahaman yang positif mengenai orang lain dengan gaya
mendengarkan dan berespons.
d. Mengkomunikasikan
keaslian dan penerimaan satu sama lain dengan ekspresi penerimaan secara verbal
dan nonverbal.
e. Berkomunikasi
dengan ramah tamah, wajar, menghargai secara positif satu sama lain melalui
respons yang tidak bersifat menilai.
f. Mengkomunikasikan
satu keterbukaan dan iklim yang mendukung melalui konfrontasi yang bersifat
membangun.
g. Berkomunikasi
untuk menciptakan kesamaan arti dengan negosiasi arti dan memberikan respons
yang relevan.
Sumber
https://www.academia.edu/
http://www.soc.iastate.edu/staff/delisi/sdarticle2.pdfhttp://www.ukm.my/penerbit/jurnal_pdf/jurus_pdf/jp33-06-lock.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar